Sabtu, 29 April 2017

JANGAN TAKUT TIDAK BISA MEMBAHAGIAKAN ORANG YANG KAMU SAYANG

1. Menjadikan Wanitanya Sebagai Pembantu

Untuk konteks yang masih pacaran jika kamu disuruh main ke rumah pacarmu lalu disuruh (meski dengan halus) menyapu-ngepel kamarnya, merapihkan baju di lemarinya, membawakan atau membuatkan makanan terus-terusan alasannya untuk latihan ketika nanti hidup bersamanya, jangan mau lakukan itu.

Kenapa?

Karena perlu diibedakan antara konsep pacar dengan istri. Jika sudah menjadi istri, seorang perempuan otomatis akan tinggal dalam satu rumah dengan prianya- suaminya. Nah tinggal di rumah sama-sama, membereskannya juga sama-sama. Beda dengan masih pacaran, tinggal dirumah masing-masing ya bereskan saja rumah masing-masing, kamar masing-masing. Hai wanita, jangan mau disuruh membereskan kamar atau rumah pacarmu selama kamu belum menikah dengannya. Coba pikir, kalau dia tidak bisa tanggung jawab membereskan ruangan tempat dia tinggal, gimana dia bisa tanggung jawab sama kamu nanti?

Pun dalam konteks suami istri, rumah tangga dibangun bersama, rumahnya ditinggali sama-sama, urusan membereskan rumah bukan cuma tanggung jawab istri saja. Suami juga harus bantu, jika semua pekerjaan rumahtangga dibebankan pada istri dengan alasan suami sudah kerja cari nafkah, perlu diingat kalau cari nafkah memang sudah tanggung jawab suami menafkahi istrinya. Kalau tidak mau kerja cari nafkah ya jangan menikah. Tapi tidak ada kewajiban seorang istri harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga secara spesifik mencuci, menyeterika, mengepel atau segala hal yang dapat membuatnya lelah secara fisik. Rumah kan ditinggali sama-sama jadi mengurusnya juga harus sama-sama, dalam agama (islam) istri memang wajib berbakti kepada suami, tapi berbakti bukan berarti diperbudak, agama tidak menyebutkan secara spesifik istri wajib membuatkan kopi suami, mengepel rumah sendirian, mencuci baju sendirian, dll. Intinya urusan rumah tangga bukan hanya domain seorang istri, namun kalau urusan memberi nafkah lahir-batin memang sudah kewajiban bagi seorang suami, itu tertuang dalam janji pernikahan dan agama mengaturnya demikian.

Sobat wanita,

Lelaki sejati tidak akan menganggapmu pembantunya. Dia akan menganggapmu patner untuk saling bekerja sama dan saling membahagiakan.

2. Meninggalkan Wanitanya dalam Masalah

Sobat wanita,

Laki-laki sejati adalah dia yang dapat diandalkan. Laki-laki sejati tidak akan meninggalkanmu dalam masalah apalagi masalah itu datang akibat perbuatannya sendiri, misalnya seorang pria yang sedang memiliki masalah di kantornya, hai wanita, kalau dia cerita padamu tanpa memarahimu, itu artinya kamu boleh acungkan jempol padanya, karena dia cukup dewasa untuk menghadapi sendiri masalahnya dan menempatkan kamu pada porsinya: sebagai pendengarnya bukan mutlak sebagai problem slover-nya. Karena dia menyadari masalah kantornya adalah sepenuhnya tanggung jawabnya dan bukan milikmu. Laki-laki sejati tidak akan membawakan masalah pada wanitanya, dan tidak akan meninggalkan wanita dalam masalah.

Karena biar bagaimanapun laki-laki adalah pemimpin. Pemimpin yang baik tidak akan menyeret orang lain ke dalam masalahnya, apalagi jika orang itu adalah seorang yang dia sayang.

3. Menimpakan Nasib Buruk Pada Wanitanya

Lelaki sejati tidak akan menganggap nasib buruknya terjadi gara-gara kamu hai wanita. Misalnya seorang laki-laki yang kehilangan sesuatu hal: dompet misalnya, Kalau dia laki-laki sejati, dia tidak akan berkata;

"Dompetku hilang gara-gara kamu."

Tapi dia akan berkata,

"Aku yang ceroboh."

Kenapa? Karena dompet itu adalah milik si pria, di tangan si pria, lalu kalau suatu kali dia apes kehilangan dompetnya dia tidak berhak menyalahkan istri atau pacarnya. Ingat itu hai wanita. Kecuali kalau kalian bertengkar dan kamu menceburkan dompet itu ke kali, lalu dompetnya hanyut "-" kalau itu kasusnya, kamu juga punya andil :)